Draft cerita pendek (buatan sendiri)
Draft Cerita Pendek
Perjuangan Manado saat perang
Tema: Perjuangan seorang demi negerinya dan keluarganya supaya bisa hidup dengan tenang
Setting:
· Tempat: Manado, Sulawesi Utara
· Waktu: Tahun 1945
· Cuaca: Siang, ~ malam, pagi
· Suasana: panas (ketika berperang), dingin (ketika malam dan pagi hari)
· Keterangan tempat: di gunung (ketika berperang), di kota Manado (ketika berlatih)
Karakter utama: Onio
Konflik
· Internal :Bimbang apakah kuat untuk mengikuti perang ini atau tidak
· Eksternal: Berusaha untuk tetap hidup dalam perang dan tetap berjuang
Gaya Bahasa
· Metafora
· Litotes
· Hiperbola
· Sarkasme
Sudut pandang: orang ke 3
Alur: Maju
Perjuangan Manado saat perang
Tema: Perjuangan seorang demi negerinya dan keluarganya supaya bisa hidup dengan tenang
Setting:
· Tempat: Manado, Sulawesi Utara
· Waktu: Tahun 1945
· Cuaca: Siang, ~ malam, pagi
· Suasana: panas (ketika berperang), dingin (ketika malam dan pagi hari)
· Keterangan tempat: di gunung (ketika berperang), di kota Manado (ketika berlatih)
Karakter utama: Onio
Konflik
· Internal :Bimbang apakah kuat untuk mengikuti perang ini atau tidak
· Eksternal: Berusaha untuk tetap hidup dalam perang dan tetap berjuang
Gaya Bahasa
· Metafora
· Litotes
· Hiperbola
· Sarkasme
Sudut pandang: orang ke 3
Alur: Maju
Cerita Pendek: Pahlawan sejati (buatan sendiri), nasinalisme
Di pelajaran Bahasa Indonesia, setelah membuat draft cerita pendeknya. Sekarang kita harus jadikan draft tersebut menjadi cerita pendek dalam minimal 1ooo kata dan maximal 1500 kata
Pantouw .1
Jakobus Geral P.
Chrismy N. Sitompul
Bahasa Indonesia 7.2
29 September 2010
Pahlawan Sejati
Pada tahun 1945. Suatu hari hiduplah tentara bernama Onio. Ia sangat berbakat dalam menembak. Onio mempunyai anak dan istri. Keluarga Onio mendapatkan banyak masalah dalam keuangan, makanan. Walaupun begitu Onio tetap berusaha untuk membahagiakan anaknya dan istrinya.
23 tahun yang lalu pada tahun 1922, sewaktu Onio masih berumur 12 ia bercita – cita menjadi tentara. Ia berjanji kepada orang tuanya dengan berkata “Aku pasti akan menjadi tentara yang hebat. Aku pasti juga akan membanggakan kalian”. 23 tahun yang lalu tempat di mana Onio tinggal sangat miskin. Setelah Onio berumur 17. Ayahnya terbunuh dalam perang dan Ibunya tertembak. Onio sudah tidak mempunyai keluarga ia ingin langsung menuju cita – citanya yang menuju kepercayaan seperti surga. “Aku pasti akan menepati janjiku kepada ibu dan ayah, kalau saya pasti akan menjadi tentara dan akan menjadi pahlawan”.
Pada tahun 1945 di Manad. Ada desa bernama Uya’a. Desa Uya’a adalah desa yang mempunyai banyak kekayaan. Onio tentara yang berbakat itu telah menjadi pemimpin pasukan. Di pasukan Onio ada empat orang. Empat orang itu bernama Bobo, Yoho, Wihi, dan Fodoho. Pada pagi hari yang dingin, Onio dan pasukannya mendapatkan perintah dari pemimpinnya. Pemimpinnya bernama Sersan Jegan, menyuruh mereka untuk pergi ke gunung arah utara didekat desanya untuk berjaga – jaga.
Ketika Onio dan pasukannya sedang melakukan perintah dari pemimpinnya ia bertemu dengan musuh. Onio dan pasukannya tergesa-gesa bersembunyi, mereka bersembunyi karena pasukan
Pantouw .2
musuh sangat banyak. Onio dan pasukan tergesa – gesa kabur kembali ke desanya secepat angin. Pada siang hari, Onio sudah kembali ke desanya. Ia tergesa - gesa untuk memberitahukan kepada pemimpinnya. “Pak, sepertinya desa kita dalam keadaan darurat, saya melihat banyak tentara musuh di gunung dekat desa ini, sepertinya berberapa hari atau minggu mereka akan menyerang desa kita.” “Hah?! Masa?”. Pemimpinya sangat terkejut mendengarkan hal tersebut.
Sersan Jegan langsung memberitahukan kepada penduduknya .
“Semua penduduk desa, sepertinya desa kita akan diserang oleh tentara musuh berberapa hari lagi atau minggu. Para penduduk sepertinya akan terjadi perang. Para penduduk mohon maaf untuk berhati – hatilah jangan keluar seenaknya.
“Tapi tenang saja, musuh seperti apapun akan kita tahan demi melindungi desa.” Kata Onio.
Pada siang hari. ``Ayo semangat berlatih menembak lebih baik, musuh apapun harus ditelakkan’’ kata Sersan Jegan yang sedang melatihi tentara - tentara. Onio dan tentara – tentara lainnya latihan menembak setiap hari, untuk memenangakan perang. Sudah empat bulan setelah Onio dan pasukannnya berlatih setiap hari. Tentara –tentara lain sudah tidak kuat melakukan hal yang sama dalam empat bulan. Pemimpinnya, Sersan Jegan pun kehilangan kesabarnya. Ketika sedang latihan Sersan Jegan diundang untuk mengadakan rapat oleh ketua desa.
Rapat dimulai dan ketua desa berkata “kita dan penduduk – duduk desa sudah berusaha untuk berhati – hati setiap hari sampai empat bulan. Tetapi penduduk- duduk desa dan sayapun telah kehilangan kesabaran untuk berperang. Serpertinya orang bernama Onio itu mencoba untuk mempermainkan kita dan seluruh penduduk desa.”
Pantouw .3
Sersan Jegan pun mengira hal yang sama dengan ketua desa, “Tetapi kalau ini memang bener Onio telah melakukan dosa yang sangat berat, tetapi ia adalah tentara yang sangat baik dan ingin menjadi pahlawan, sepertinya ia tidak mencoba untuk membuat lelucon”.
Tetapi ketua desa masih saja belum percaya, dan akhirnya rapat diakhirkan dengan perkataan ketua desa.
“Mulai dari sekarang biarkan penduduk – penduduk desa kita untuk hidup seperti biasanya saja dan dengan tenang, dan hentikan latihan tentara – tentara yang tidak ada gunanya, mulai sekarang hiduplah dengan tenang, anggap saja yang di katakan Onio itu bohong!”.
Sersan Jegan sudah tidak bisa mengatakan apapun lagi. Ia langsung pergi dari ruangan rapat.
Seperti yang dikatakan ketua desa, penduduk – penduduk hidup seperti biasanya dan dengan tenang. Setelah mendengar apa yang dikatakan oleh ketua desa kalau Onio berbohong. Penduduk – penduduk desa merasa kesal kepada Onio.
“Mengapa Onio berbohong, aku jadi merasa kesal kepadanya karena telah berbohong.”
“Ya aku juga”
Kata para penduduk – penduduk. Lalu Sersan Jegan memberitahu kepada tentara – tentara untuk menhentikan latihan karena yang diberitahukan oleh Onio itu bohong.
“Onio, saya sangat kecewa kamu telah membohongi kita dan seluruh penduduk”. Kata Sersan Jegan kepada Onio.
“Tapi, saya tidak bohong, saya bener melihat musuh dengan mata saya sendiri” jawab Onio.
“Maafkan saya, tapi kita tidak bisa mempercayaimu Onio. Kau sudah mempermalukan kami” jawab Sersan Jegan.
Pantouw .4
“Tapi…”
“Tidak ada tapi lagi, sekarang pergilah!”
“Baik.” Jawab Onio
Sejak itu terjadi banyak orang yang sebal Onio, dan keluarga Onio merasa malu. Sersan Jegan telah memecat Onio sebagai tentara karena telah berbohong. Setelah Onio dipecat, ia bekerja sebagai petani. Walau Sersan Jegan memecat Onio. Ia merasa rugi telah memecatnya karena kehilangan tentara yang berbakat.
Berberapa bulan kemudian, ada seorang lelaki datang dari selatan untuk berkerja sebagai tentara dan juga untuk mengantikan Onio. Lelaki itu bernama Poua. Poua masih dianggap orang asing. Ketika Sersan Jegan sedang mengawasi latihan para tentara, ia memperhatikan Poua.
“Poua!” kata Sersan Jegan memanggilnya. Poua lansung berlari ke Sersan Jegan dan menjawab “Ada apa sersan”
“Saya menaikan peringkat anda, saya telah memperhatikan anda, dan saya melihat kalau anda sangat berbakat.” jawab sersan.
“Wow, terima kasih sersan.” jawab Poua dengan senang.
Berberapa minggu kemudian, Poua sudah mempunyai pasukan sendiri. Di pagi hari, Poua dengan pasukannya mendapatkan misi dari Sersan Jegan. Sersan Jegan menyuruh Poua serta pasukannya untuk pergi ke gunung arah utara dekat desa Uya’a. Pasukan – pasukan Poua adalah Bobo, Yoho, Wihi, dan Fodoho. Mereka adalah mantan pasukan Onio. Poua dan pasukan sudah tiba di gunung untuk berjaga – jaga. Ketika mereka sedang beristirahat ada pasukan asing.
Pantouw .5
“Kalian siapa.” tanya pasukan asing.
“Kami pasukan yang sedang berjaga – jaga disini”. Jawab Poua. Ketika melihat pasukan asing, Fodoho dari pasukan Poua mengingat sesuatu. Ia ingat pasukan asing ini adalah yang dilihat oleh Onio. Tapi ia pura – pura tidak tahu karena terlalu takut. Lalu orang dari pasukan asing itu bertanya
“Kalian dari arah mana? Kalian dari desa mana?”.
“Kami dari desa dekat gunung ini, desa kami bernama Uya’a”. Jawab Poua
“Apa?! Kalian dari Uya’a, tunjukan jalan ke desa Uya’a!”. Jawab orang dari pasukan asing sambil mengarahkan senjatanya kepada Poua dan pasukannya.
“T-Tunggu, untuk apa kalian ingin ke desa Uya’a?” Tanya Fodoho
“Kami ingin menyerang desa Uya’a dan mengambil kekayaan desa kalian. Berbulan – bulan kami ingin menyerang Desa Uya’a, tetapi kami tidak tahu lokasinya. Sekarang, cepat tunjukan arah desa kalian. Kalau menolak kalian akan kami bunuh!”. Kata salah satu orang dari pasukan asing.
Tetapi Poua dan pasukannya tidak ingin memberitahunya demi desanya
“Kami tidak akan memberitahu kalian lokasi Desa Uya’a”. Jawab Wihi
“Kalau begitu kalian akan mati”. Kata salah satu orang dari pasukan asing.
DARR! DARR!
Ketika ada suara tembakan, Wihi, Yoho, dan Fodoho telah tewas. Tetapi Poua sudah kabur sebelum pasukannya tewas. Lalu Poua berlari langsung ke desanya dan memberitahukan kepada Sersan Jegan.
“Sersan, digunung banyak musuh yang menunggu untuk menyerang kita.” kata Poua dengan tergesa – gesa.
Pantouw .6
“Hah?! Masa?!” Jawab Sersan dengan kaget.
“Ya, pasukan saya telah tewas semua, saya berhasil kabur, sepertinya musuh mengikuti jejak saya ke desa Uya’a, lebih baik kita bersiap – siap.” kata Poua.
“Baik.” jawab Sersan.
Lalu Sersan Jegan memberitahukan ini kepada ketua Desa Uya’a. “Pak sepertinya apa yang dikatakan Onio adalah tidak bohong, lebih baik kita bersiap bertempur sekarang.” kata Sersan
“Apa?!” jawab ketua desa dengan kaget.
*DAR!! DAR!! Suara tembakan sangat keras.
“Suara apa itu?” tanya ketua desa sambil melihat keluar. “Wah ternyata benar! banyak musuh diluar!” dengan kagetnya ketua desa.
Lalu Sersan Jegan memanggil Onio untuk bertempur bersama. “Onio!” teriak Sersan Jegan
“Ada apa?” tanya Onio.
“Cepat! Maafkan kami telah menganggap kalau kau menipu kita, sekarang kami percaya. Diluar ada banyak musuh, saya mohon supaya anda ikut bertempur karena anda tentara yang hebat.” kata Sersan Jegan dengan merasa maaf.
“Baiklah, saya akan bertempur bersama.” jawab Onio dengan keberaniannya.
Lalu seluruh pasukan Desa Uya’a serta Onio bertempur demi melindungi penduduknya. Penduduk – penduduk desa bersembunyi untuk melindungi diri supaya tidak ketawan oleh musuh. *DARR DARR. Suara perang sangat keras seperti teriakan bumi. Tentara – tentara Desa Uya’a berperang pada siang hari yang panas seperti diatas matahari.
Pantouw .7
Setelah 8 jam kemudian. Suara tembakan tidak terdengar lagi, dan penduduk desa sudah tidak bersembunyi. Lalu setelah dilihat penduduk desa asing telah tewas semua. “Horee, Horee, kita masih hidup, kita menang!” Teriak para penduduk desa. Tetapi walau Desa Uya’a menang berperang hanya tersisa tiga tentara yamg hidup. Di salah satu tentara Onio masih hidup. Poua sudah tewas dan tentara – tentara lain.
Penduduk desa merasa menyesal karena mengira Onio berbohong, dan mereka meminta maaf kepadanya, “maafkan kita Onio”.
“Tidak usah berminta maaf, aku hanya ingin menjadi pahlawan dan melindungi desa walau harus mempertartuhkan nyawa, saya sangat bangga kalian semua selamat.” Kata Onio.
Lalu setelah perang, semua sudah berakhir dan semua telah hidup dengan tenang dan damai. Onio sudah bukan lagi petani. Ia telah menjadi tentara lagi. Ia senang karena bisa pahlawan sejati.
Pantouw .1
Jakobus Geral P.
Chrismy N. Sitompul
Bahasa Indonesia 7.2
29 September 2010
Pahlawan Sejati
Pada tahun 1945. Suatu hari hiduplah tentara bernama Onio. Ia sangat berbakat dalam menembak. Onio mempunyai anak dan istri. Keluarga Onio mendapatkan banyak masalah dalam keuangan, makanan. Walaupun begitu Onio tetap berusaha untuk membahagiakan anaknya dan istrinya.
23 tahun yang lalu pada tahun 1922, sewaktu Onio masih berumur 12 ia bercita – cita menjadi tentara. Ia berjanji kepada orang tuanya dengan berkata “Aku pasti akan menjadi tentara yang hebat. Aku pasti juga akan membanggakan kalian”. 23 tahun yang lalu tempat di mana Onio tinggal sangat miskin. Setelah Onio berumur 17. Ayahnya terbunuh dalam perang dan Ibunya tertembak. Onio sudah tidak mempunyai keluarga ia ingin langsung menuju cita – citanya yang menuju kepercayaan seperti surga. “Aku pasti akan menepati janjiku kepada ibu dan ayah, kalau saya pasti akan menjadi tentara dan akan menjadi pahlawan”.
Pada tahun 1945 di Manad. Ada desa bernama Uya’a. Desa Uya’a adalah desa yang mempunyai banyak kekayaan. Onio tentara yang berbakat itu telah menjadi pemimpin pasukan. Di pasukan Onio ada empat orang. Empat orang itu bernama Bobo, Yoho, Wihi, dan Fodoho. Pada pagi hari yang dingin, Onio dan pasukannya mendapatkan perintah dari pemimpinnya. Pemimpinnya bernama Sersan Jegan, menyuruh mereka untuk pergi ke gunung arah utara didekat desanya untuk berjaga – jaga.
Ketika Onio dan pasukannya sedang melakukan perintah dari pemimpinnya ia bertemu dengan musuh. Onio dan pasukannya tergesa-gesa bersembunyi, mereka bersembunyi karena pasukan
Pantouw .2
musuh sangat banyak. Onio dan pasukan tergesa – gesa kabur kembali ke desanya secepat angin. Pada siang hari, Onio sudah kembali ke desanya. Ia tergesa - gesa untuk memberitahukan kepada pemimpinnya. “Pak, sepertinya desa kita dalam keadaan darurat, saya melihat banyak tentara musuh di gunung dekat desa ini, sepertinya berberapa hari atau minggu mereka akan menyerang desa kita.” “Hah?! Masa?”. Pemimpinya sangat terkejut mendengarkan hal tersebut.
Sersan Jegan langsung memberitahukan kepada penduduknya .
“Semua penduduk desa, sepertinya desa kita akan diserang oleh tentara musuh berberapa hari lagi atau minggu. Para penduduk sepertinya akan terjadi perang. Para penduduk mohon maaf untuk berhati – hatilah jangan keluar seenaknya.
“Tapi tenang saja, musuh seperti apapun akan kita tahan demi melindungi desa.” Kata Onio.
Pada siang hari. ``Ayo semangat berlatih menembak lebih baik, musuh apapun harus ditelakkan’’ kata Sersan Jegan yang sedang melatihi tentara - tentara. Onio dan tentara – tentara lainnya latihan menembak setiap hari, untuk memenangakan perang. Sudah empat bulan setelah Onio dan pasukannnya berlatih setiap hari. Tentara –tentara lain sudah tidak kuat melakukan hal yang sama dalam empat bulan. Pemimpinnya, Sersan Jegan pun kehilangan kesabarnya. Ketika sedang latihan Sersan Jegan diundang untuk mengadakan rapat oleh ketua desa.
Rapat dimulai dan ketua desa berkata “kita dan penduduk – duduk desa sudah berusaha untuk berhati – hati setiap hari sampai empat bulan. Tetapi penduduk- duduk desa dan sayapun telah kehilangan kesabaran untuk berperang. Serpertinya orang bernama Onio itu mencoba untuk mempermainkan kita dan seluruh penduduk desa.”
Pantouw .3
Sersan Jegan pun mengira hal yang sama dengan ketua desa, “Tetapi kalau ini memang bener Onio telah melakukan dosa yang sangat berat, tetapi ia adalah tentara yang sangat baik dan ingin menjadi pahlawan, sepertinya ia tidak mencoba untuk membuat lelucon”.
Tetapi ketua desa masih saja belum percaya, dan akhirnya rapat diakhirkan dengan perkataan ketua desa.
“Mulai dari sekarang biarkan penduduk – penduduk desa kita untuk hidup seperti biasanya saja dan dengan tenang, dan hentikan latihan tentara – tentara yang tidak ada gunanya, mulai sekarang hiduplah dengan tenang, anggap saja yang di katakan Onio itu bohong!”.
Sersan Jegan sudah tidak bisa mengatakan apapun lagi. Ia langsung pergi dari ruangan rapat.
Seperti yang dikatakan ketua desa, penduduk – penduduk hidup seperti biasanya dan dengan tenang. Setelah mendengar apa yang dikatakan oleh ketua desa kalau Onio berbohong. Penduduk – penduduk desa merasa kesal kepada Onio.
“Mengapa Onio berbohong, aku jadi merasa kesal kepadanya karena telah berbohong.”
“Ya aku juga”
Kata para penduduk – penduduk. Lalu Sersan Jegan memberitahu kepada tentara – tentara untuk menhentikan latihan karena yang diberitahukan oleh Onio itu bohong.
“Onio, saya sangat kecewa kamu telah membohongi kita dan seluruh penduduk”. Kata Sersan Jegan kepada Onio.
“Tapi, saya tidak bohong, saya bener melihat musuh dengan mata saya sendiri” jawab Onio.
“Maafkan saya, tapi kita tidak bisa mempercayaimu Onio. Kau sudah mempermalukan kami” jawab Sersan Jegan.
Pantouw .4
“Tapi…”
“Tidak ada tapi lagi, sekarang pergilah!”
“Baik.” Jawab Onio
Sejak itu terjadi banyak orang yang sebal Onio, dan keluarga Onio merasa malu. Sersan Jegan telah memecat Onio sebagai tentara karena telah berbohong. Setelah Onio dipecat, ia bekerja sebagai petani. Walau Sersan Jegan memecat Onio. Ia merasa rugi telah memecatnya karena kehilangan tentara yang berbakat.
Berberapa bulan kemudian, ada seorang lelaki datang dari selatan untuk berkerja sebagai tentara dan juga untuk mengantikan Onio. Lelaki itu bernama Poua. Poua masih dianggap orang asing. Ketika Sersan Jegan sedang mengawasi latihan para tentara, ia memperhatikan Poua.
“Poua!” kata Sersan Jegan memanggilnya. Poua lansung berlari ke Sersan Jegan dan menjawab “Ada apa sersan”
“Saya menaikan peringkat anda, saya telah memperhatikan anda, dan saya melihat kalau anda sangat berbakat.” jawab sersan.
“Wow, terima kasih sersan.” jawab Poua dengan senang.
Berberapa minggu kemudian, Poua sudah mempunyai pasukan sendiri. Di pagi hari, Poua dengan pasukannya mendapatkan misi dari Sersan Jegan. Sersan Jegan menyuruh Poua serta pasukannya untuk pergi ke gunung arah utara dekat desa Uya’a. Pasukan – pasukan Poua adalah Bobo, Yoho, Wihi, dan Fodoho. Mereka adalah mantan pasukan Onio. Poua dan pasukan sudah tiba di gunung untuk berjaga – jaga. Ketika mereka sedang beristirahat ada pasukan asing.
Pantouw .5
“Kalian siapa.” tanya pasukan asing.
“Kami pasukan yang sedang berjaga – jaga disini”. Jawab Poua. Ketika melihat pasukan asing, Fodoho dari pasukan Poua mengingat sesuatu. Ia ingat pasukan asing ini adalah yang dilihat oleh Onio. Tapi ia pura – pura tidak tahu karena terlalu takut. Lalu orang dari pasukan asing itu bertanya
“Kalian dari arah mana? Kalian dari desa mana?”.
“Kami dari desa dekat gunung ini, desa kami bernama Uya’a”. Jawab Poua
“Apa?! Kalian dari Uya’a, tunjukan jalan ke desa Uya’a!”. Jawab orang dari pasukan asing sambil mengarahkan senjatanya kepada Poua dan pasukannya.
“T-Tunggu, untuk apa kalian ingin ke desa Uya’a?” Tanya Fodoho
“Kami ingin menyerang desa Uya’a dan mengambil kekayaan desa kalian. Berbulan – bulan kami ingin menyerang Desa Uya’a, tetapi kami tidak tahu lokasinya. Sekarang, cepat tunjukan arah desa kalian. Kalau menolak kalian akan kami bunuh!”. Kata salah satu orang dari pasukan asing.
Tetapi Poua dan pasukannya tidak ingin memberitahunya demi desanya
“Kami tidak akan memberitahu kalian lokasi Desa Uya’a”. Jawab Wihi
“Kalau begitu kalian akan mati”. Kata salah satu orang dari pasukan asing.
DARR! DARR!
Ketika ada suara tembakan, Wihi, Yoho, dan Fodoho telah tewas. Tetapi Poua sudah kabur sebelum pasukannya tewas. Lalu Poua berlari langsung ke desanya dan memberitahukan kepada Sersan Jegan.
“Sersan, digunung banyak musuh yang menunggu untuk menyerang kita.” kata Poua dengan tergesa – gesa.
Pantouw .6
“Hah?! Masa?!” Jawab Sersan dengan kaget.
“Ya, pasukan saya telah tewas semua, saya berhasil kabur, sepertinya musuh mengikuti jejak saya ke desa Uya’a, lebih baik kita bersiap – siap.” kata Poua.
“Baik.” jawab Sersan.
Lalu Sersan Jegan memberitahukan ini kepada ketua Desa Uya’a. “Pak sepertinya apa yang dikatakan Onio adalah tidak bohong, lebih baik kita bersiap bertempur sekarang.” kata Sersan
“Apa?!” jawab ketua desa dengan kaget.
*DAR!! DAR!! Suara tembakan sangat keras.
“Suara apa itu?” tanya ketua desa sambil melihat keluar. “Wah ternyata benar! banyak musuh diluar!” dengan kagetnya ketua desa.
Lalu Sersan Jegan memanggil Onio untuk bertempur bersama. “Onio!” teriak Sersan Jegan
“Ada apa?” tanya Onio.
“Cepat! Maafkan kami telah menganggap kalau kau menipu kita, sekarang kami percaya. Diluar ada banyak musuh, saya mohon supaya anda ikut bertempur karena anda tentara yang hebat.” kata Sersan Jegan dengan merasa maaf.
“Baiklah, saya akan bertempur bersama.” jawab Onio dengan keberaniannya.
Lalu seluruh pasukan Desa Uya’a serta Onio bertempur demi melindungi penduduknya. Penduduk – penduduk desa bersembunyi untuk melindungi diri supaya tidak ketawan oleh musuh. *DARR DARR. Suara perang sangat keras seperti teriakan bumi. Tentara – tentara Desa Uya’a berperang pada siang hari yang panas seperti diatas matahari.
Pantouw .7
Setelah 8 jam kemudian. Suara tembakan tidak terdengar lagi, dan penduduk desa sudah tidak bersembunyi. Lalu setelah dilihat penduduk desa asing telah tewas semua. “Horee, Horee, kita masih hidup, kita menang!” Teriak para penduduk desa. Tetapi walau Desa Uya’a menang berperang hanya tersisa tiga tentara yamg hidup. Di salah satu tentara Onio masih hidup. Poua sudah tewas dan tentara – tentara lain.
Penduduk desa merasa menyesal karena mengira Onio berbohong, dan mereka meminta maaf kepadanya, “maafkan kita Onio”.
“Tidak usah berminta maaf, aku hanya ingin menjadi pahlawan dan melindungi desa walau harus mempertartuhkan nyawa, saya sangat bangga kalian semua selamat.” Kata Onio.
Lalu setelah perang, semua sudah berakhir dan semua telah hidup dengan tenang dan damai. Onio sudah bukan lagi petani. Ia telah menjadi tentara lagi. Ia senang karena bisa pahlawan sejati.
Refleksi
Dalam pelajaran ini aku bisa lebih mengerti cara membuat cerita pendek yang lebih baik. Ini adalah cerpen tentang seseorang yang perang demi keamanan desanya dan penduduk-penduduk. Di pelajaran ini saya mendapatkan nilai yang kurang memuaskan yaitu 4. Padahal saya sudah memberi banyak kata. Tetapi tetap saja dapat 4, munkin saya harus berhati-hati dalam pekerjaan di bahasa Indonesia. Bisa saja saya kurang teliti dalam pelajaran ini. Jadi sekarang saya akan lebih teliti dan lebih berhati-hati untuk pelajaran ini dengan membaca ulang berkali-kali cerita pendek saya sendiri.