Bahasa Indonesia
In Bahasa Indonesia we made a short story based on kid's perspective. This story is based from the kids from Babakan Madang, we would write a story about their journey to reach their dreams. The target is to give them inspiration or motivation through this story. So here is my story in a written essay format:
Aku Ingin Menjadi Guru!
“Selamat pagi anak-anak, saya berharap kalian semua bersemangat pada pagi ini!” seru Pak Ade kepada murid-murid, “Pagi ini kita akan mendiskusikan masa depan yang kalian inginkan, sekarang cobalah pikirkan masa depan kalian.”
Murid-murid bersemangat ketika mendengar perintah Pak Ade, banyak juga yang mempunyai cita-cita yang sama.
“Saya ingin menjadi dokter!”
“Kalau saya ingin menjadi guru!” seru murid-murid perempuan.
Semua murid menjawab seperti pasar yang ramai di dalam kelas, namun Rai duduk diam seribu kata dengan ekspresi kebingungan. “Rai mengapa belum menjawab apakah cita-citamu? Apakah Rai belum tahu?” Pak Ade bertanya, namun mulut Rai tetap tertutup rapat. Selama pelajaran Rai terlihat murung, Pak Ade sangat cemas akan keadaannya, apakah topik yang ia berikan mengakibatkan Rai seperti ini? Rai selalu bersemangat belajar namun sekarang ia kehilangan semangatnya.
“Rai, Pak Ade ingin bertemu denganmu sehabis kelas,” Pak Ade memerintahkan Rai.
Sehabis kelas selesai Rai datang kepada Pak Ade, “Ada apa Pak?” Rai bertanya kepada Pak Ade dengan ketakutan. “Apakah saya akan dihukum?”
“Tidak, Rai tidak melakukan kesalahan sama sekali, Bapak hanya cemas dengan perlakuan Rai di kelas. Apakah ada masalah?” tanya Pak Ade.
“Tidak. Saya hanya tidak bersemangat hari ini,” jawab Rai.
“Ada apa? Biasanya Rai selalu bersemangat, coba Rai beritahu Bapak cita-cita yang engkau sudah pikirkan sekarang.”
“Mmm, sebetulnya saya masih bingung ingin menjadi guru atau dokter. Saya malu karena teman-teman saya sudah mempunyai cita-cita yang pas, namun saya masih bingung sendirian.”
“Hmmm, tidak usah malu Rai, masih banyak waktu untuk memikirkan cita-citamu, cobalah minta
saran dan masih banyak waktu untuk memikirkannya, berjalannya waktu siapa tahu Rai mendapatkan jawabannya.”
“Terima kasih Pak, saya akan mencoba mengetahui cita-cita saya secepatnya”
Setelah selesai sekolah, Rai terburu-buru pulang ke rumah untuk meminta bantuan dari Ibu agar diberi saran memilih cita-cita yang tepat untuknya. Sesampai rumah Rai mencari Ibu nya. “Ibu, aku perlu bantuan Ibu!”
“Ada apa Nak?” tanya Ibu.
“Aku tidak tahu ingin menjadi dokter atau guru, aku ingin tahu secepetnya agar masa depan ku bisa tepat.”
“Nak, semua itu adalah keputusanmu. Cita-cita yang mana dapat engkau tangani?”
“Aku belum tahu bu! Tapi aku menyukai kedua cita-cita itu.”
“Masih banyak waktu nak, pikirkanlah baik-baik kemampuan yang kamu miliki, apakah cocok untuk cita-citamu. Pikirkanlah selama engkau masih bersekolah. Jika kemampuanmu dalam pelajaran IPA, maka Rai cocok menjadi dokter, tetapi ketika Rai lebih menyukai pelajaran lain, jadi guru saja!”
Setelah mendapatkan nasihat dari Ibunya, Rai semakin bersemangat dalam semua pelajaran. Keesokan harinya Rai ada ulangan matematika dan ia belajar dengan giat. Di hari ulangannya, Rai sukses dalam mengerjakannya.
“Wow! Rai kau sangat hebat dalam matematika! Menurut Bapak kamu bisa menjadi guru matematika yang hebat! Pasti muridmu akan mendapatkan ilmu matematika yang dalam dari mu!” puji Pak Ade kepada Rai.
“Terima kasih Pak! Saya juga berpikir demikian, tapi kata Ibu saya, saya masih punya banyak waktu untuk memikirkan cita-cita saya!” jawab Rai.
“Oh, baiklah Rai! Gunakan waktumu secukup-cukupnya!”
Rai berdoa kepada Allah agar mendapatkan jawaban yang menuntunnya kepada jalur yang cerah. Rai juga memohon untuk berkuliah di Jakarta, baik menjadi guru atau dokter yang sukses. Selama waktu berjalan, Rai bersemangat melanjuti sekolahnya untuk kecerahan masa depannya. Rai melewati SD dengan nilai yang sangat memuaskan hingga prestasi untuk SMP dan SMA sangat cerah, bagaikan api mengalahkan air lautan (api yang terlalu cerah mengeringkan air). Di SMP ia mendapatkan nilai-nilai matematika yang sangat bagus, Rai juga mengikuti kompetisi matematika pada masa itu. Namun pelajaran lain kurang memuaskan. Kemudian sesampainya di SMA, Rai belajar giat dengan tenaga api, ia baca buku, ulasan kepada setiap pelajaran, dan selalu menambahkan ilmu bagaikan kepalanya seperti gudang ilmu. Setelah waktu yang lama akhirnya Rai menemukan jawaban untuk cita-cita yang tepat baginya.
“Ibu, sepertinya aku ingin menjadi guru saja!” ujar Rai kepada Ibunya.
“Wah bagus! Apa yang membuat mu yakin?” tanya Ibu.
“Karena aku telah berpikir keras, pelajaran yang aku suka adalah matematika! Kupikir IPA itu rumit dan banyak hal yang harus dihafali! Aku lebih suka menghitung dan memecahkan masalah dengan angka!”
“Baguslah Nak! Nah, Ibu benarkan, sekarang Rai tidak bimbang lagi!” jawab Ibunya.
“Iya bu! Terima kasih telah memberiku saran yang sangat berguna! Dengan prestasi seperti ini aku pasti bisa masuk kuliah di Jakarta!”
“Wah, di Jakarta uang tidak cukup nak!”
Ketika mendengar jawaban Ibu, semangat Rai jatuh dalam jurang. Rai ingin sekali pergi dan bersekolah di Jakarta agar dapat menjadi guru yang hebat.
“Apa solusinya agar aku bisa berkuliah di Jakarta?” tanya Rai kepada Ibunya.
“Penghasilan uangnya harus lebih banyak nak” jawab Ibunya.
“Baiklah kalau begitu Rai ingin membantu menghasilkan uang!”
Di keesokan harinya sehabis sekolah selesai, Rai terburu-buru pergi ke sebuah toko. Disana ia membantu pemiliknya menyediakan produk kepada pengunnjung dan membantu membersihkan tokonya. Rai bekerja dengan sangat giat walaupun pekerjaan yang dilakukan membosankan sehingga Rai belajar diam-diam. Walaupun pekerjaannya seperti ini Rai selalu bersemangat mendapatkan uang agar bisa membayar biaya untuk berkuliah di Jakarta. Rai bekerja giat, tidak pernah bolos bekerja, dan setiap bekerja pun ia dapat kesempatan untuk belajar agar tetap fokus juga terhadap sekolahnya, cencang dua segeragai (sekali jalan, dua pekerjaan selesai).
Seringkali Rai tidak dapat waktu untuk belajar di rumahnya, maka Rai selalu belajar selagi bekerja. Ia tetap fokus dalam pelajaran sekolahnya dan tidak pernah melupakan sekolahnya juga. Rai sering-sering bekerja sampai larut agar mendapatkan gaji yang besar .Setelah berbulan-bulan Rai bekerja terus, akhirnya uangnya cukup dari penghasilan pekerjaan Rai, digabungkan dengan penghasilan dari Ayah dan Kakaknya yang bekerja keras di pabrik untuk mengcukupi biaya Rai untuk berkuliah.
“Hebat sekali Rai! Engkau menghasilkan uang yang cukup banyak!” ujar ayahnya.
“Ya! Kakak tidak menyangka Rai dapat berkerja keras, engkau pasti ingin sekali berkuliah di Jakarta,” kata kakaknya.
“Ya Rai ingin sekali berkuliah di Jakarta, makanya Rai semangat bekerja mendapatkan uang,” balas Ibunya.
“Untung saja uangnya cukup sebelum aku lulus dari SMA! Terima kasih Ayah dan Kakak membantu aku mendapatkan uang dan terima kasih Ibu, ayah, dan kakak untuk dukungannya,” kata Rai.
Waktu berjalan dan akhirnya Rai lulus SMA dengan nilai yang sangat memuaskan. Rai sangat senang, nilai matematikanya sangat bagus, Ibu, ayah, dan kakaknya bangga kepada Rai karena telah menjadi anak yang hebat dan pintar. Berterima kasihlah kepada Allah telah diberikan anak seperti Rai.
“Hebat sekali Rai, Bapak yakin engkau akan menjadi guru yang hebat. Pasti Rai akan lebih hebat dari Bapak.” Kata Pak Ade kepada Rai.
“Ah Pak Ade bisa saja! Rai sangat berterima kasih kepada Pak Ade telah menuntun Rai sampai jalan akhir, terima kasih banyak pak!” balas Rai.
“Ya sama-sama Rai! Sukses selalu ya Rai! Teruslah bekerja keras untuk mencapai cita-cita mu yang setinggi langit! Bapak yakin kamu bisa!”
Setelah Rai tamat sekolah, Rai pulang dan langsung melamar untuk kuliah di Universitas Nasional Jakarta (UNAS). Sebelumnya Rai belajar giat supaya mendapatkan nilai yang memuaskan untuk ujian masuk UNAS. Satu minggu kemudian, Rai pergi ke Jakarta untuk menghadiri ujian masuk UNAS. Tiga hari setelah ujian tersebut, Rai dikabari bahwa ia diterima tanpa ragu oleh UNAS, bahkan diberi beasiswa atas bakat Rai yang luar biasa.
“Ibu! Ayah! Kakak! Aku diterima oleh UNAS, mereka mengatakn bahwa aku sangat berbakat sehingga diberi beasiswa!” seru Rai.
“Waah hebat! Rai, kau harus bersemangat terus ya, kuliah tidak segampang sekolah. Kuliah itu susah, banyak tantangan seperti memanjat gunung yang basah!” kata kakaknya.
“Ibu yakin Rai mampu melewati kuliah dan menjadi guru yang hebat . Teruslah berdoa kepada Allah nak” kata Ibunya sambil mencium dahi Rai.
“Beasiswa? Hebat anakku ini! Dengan beasiswa yang diberikan, uang yang telah kau dapatkan dari pekerjaan yang dulu dapat ditabung atau digunakan untuk kebutuhan kuliah sehari-hari!” seru Ayah.
Setelah empat tahun Rai berkuliah akhirnya ia lulus dari kuliah dengan rekor yang sangat memuaskan. Rai kembali pulang kepada keluarganya dan merayakan
kesuksesannya. Setelah itu akhirnya Rai menjadi guru di salah satu sekolah terkenal. Ia mengajar murid dengan penuh semangat agar pelajaran yang diberikannya berguna untuk para siswa-siswi.
“Nak, Ayah sangat bangga kepadamu, teruslah bersemangat sampai akhir!” kata Ayahnya
“Iya Ayah! Rai tidak akan mengecewakan Ayah!” jawab Rai.
Aku Ingin Menjadi Guru!
“Selamat pagi anak-anak, saya berharap kalian semua bersemangat pada pagi ini!” seru Pak Ade kepada murid-murid, “Pagi ini kita akan mendiskusikan masa depan yang kalian inginkan, sekarang cobalah pikirkan masa depan kalian.”
Murid-murid bersemangat ketika mendengar perintah Pak Ade, banyak juga yang mempunyai cita-cita yang sama.
“Saya ingin menjadi dokter!”
“Kalau saya ingin menjadi guru!” seru murid-murid perempuan.
Semua murid menjawab seperti pasar yang ramai di dalam kelas, namun Rai duduk diam seribu kata dengan ekspresi kebingungan. “Rai mengapa belum menjawab apakah cita-citamu? Apakah Rai belum tahu?” Pak Ade bertanya, namun mulut Rai tetap tertutup rapat. Selama pelajaran Rai terlihat murung, Pak Ade sangat cemas akan keadaannya, apakah topik yang ia berikan mengakibatkan Rai seperti ini? Rai selalu bersemangat belajar namun sekarang ia kehilangan semangatnya.
“Rai, Pak Ade ingin bertemu denganmu sehabis kelas,” Pak Ade memerintahkan Rai.
Sehabis kelas selesai Rai datang kepada Pak Ade, “Ada apa Pak?” Rai bertanya kepada Pak Ade dengan ketakutan. “Apakah saya akan dihukum?”
“Tidak, Rai tidak melakukan kesalahan sama sekali, Bapak hanya cemas dengan perlakuan Rai di kelas. Apakah ada masalah?” tanya Pak Ade.
“Tidak. Saya hanya tidak bersemangat hari ini,” jawab Rai.
“Ada apa? Biasanya Rai selalu bersemangat, coba Rai beritahu Bapak cita-cita yang engkau sudah pikirkan sekarang.”
“Mmm, sebetulnya saya masih bingung ingin menjadi guru atau dokter. Saya malu karena teman-teman saya sudah mempunyai cita-cita yang pas, namun saya masih bingung sendirian.”
“Hmmm, tidak usah malu Rai, masih banyak waktu untuk memikirkan cita-citamu, cobalah minta
saran dan masih banyak waktu untuk memikirkannya, berjalannya waktu siapa tahu Rai mendapatkan jawabannya.”
“Terima kasih Pak, saya akan mencoba mengetahui cita-cita saya secepatnya”
Setelah selesai sekolah, Rai terburu-buru pulang ke rumah untuk meminta bantuan dari Ibu agar diberi saran memilih cita-cita yang tepat untuknya. Sesampai rumah Rai mencari Ibu nya. “Ibu, aku perlu bantuan Ibu!”
“Ada apa Nak?” tanya Ibu.
“Aku tidak tahu ingin menjadi dokter atau guru, aku ingin tahu secepetnya agar masa depan ku bisa tepat.”
“Nak, semua itu adalah keputusanmu. Cita-cita yang mana dapat engkau tangani?”
“Aku belum tahu bu! Tapi aku menyukai kedua cita-cita itu.”
“Masih banyak waktu nak, pikirkanlah baik-baik kemampuan yang kamu miliki, apakah cocok untuk cita-citamu. Pikirkanlah selama engkau masih bersekolah. Jika kemampuanmu dalam pelajaran IPA, maka Rai cocok menjadi dokter, tetapi ketika Rai lebih menyukai pelajaran lain, jadi guru saja!”
Setelah mendapatkan nasihat dari Ibunya, Rai semakin bersemangat dalam semua pelajaran. Keesokan harinya Rai ada ulangan matematika dan ia belajar dengan giat. Di hari ulangannya, Rai sukses dalam mengerjakannya.
“Wow! Rai kau sangat hebat dalam matematika! Menurut Bapak kamu bisa menjadi guru matematika yang hebat! Pasti muridmu akan mendapatkan ilmu matematika yang dalam dari mu!” puji Pak Ade kepada Rai.
“Terima kasih Pak! Saya juga berpikir demikian, tapi kata Ibu saya, saya masih punya banyak waktu untuk memikirkan cita-cita saya!” jawab Rai.
“Oh, baiklah Rai! Gunakan waktumu secukup-cukupnya!”
Rai berdoa kepada Allah agar mendapatkan jawaban yang menuntunnya kepada jalur yang cerah. Rai juga memohon untuk berkuliah di Jakarta, baik menjadi guru atau dokter yang sukses. Selama waktu berjalan, Rai bersemangat melanjuti sekolahnya untuk kecerahan masa depannya. Rai melewati SD dengan nilai yang sangat memuaskan hingga prestasi untuk SMP dan SMA sangat cerah, bagaikan api mengalahkan air lautan (api yang terlalu cerah mengeringkan air). Di SMP ia mendapatkan nilai-nilai matematika yang sangat bagus, Rai juga mengikuti kompetisi matematika pada masa itu. Namun pelajaran lain kurang memuaskan. Kemudian sesampainya di SMA, Rai belajar giat dengan tenaga api, ia baca buku, ulasan kepada setiap pelajaran, dan selalu menambahkan ilmu bagaikan kepalanya seperti gudang ilmu. Setelah waktu yang lama akhirnya Rai menemukan jawaban untuk cita-cita yang tepat baginya.
“Ibu, sepertinya aku ingin menjadi guru saja!” ujar Rai kepada Ibunya.
“Wah bagus! Apa yang membuat mu yakin?” tanya Ibu.
“Karena aku telah berpikir keras, pelajaran yang aku suka adalah matematika! Kupikir IPA itu rumit dan banyak hal yang harus dihafali! Aku lebih suka menghitung dan memecahkan masalah dengan angka!”
“Baguslah Nak! Nah, Ibu benarkan, sekarang Rai tidak bimbang lagi!” jawab Ibunya.
“Iya bu! Terima kasih telah memberiku saran yang sangat berguna! Dengan prestasi seperti ini aku pasti bisa masuk kuliah di Jakarta!”
“Wah, di Jakarta uang tidak cukup nak!”
Ketika mendengar jawaban Ibu, semangat Rai jatuh dalam jurang. Rai ingin sekali pergi dan bersekolah di Jakarta agar dapat menjadi guru yang hebat.
“Apa solusinya agar aku bisa berkuliah di Jakarta?” tanya Rai kepada Ibunya.
“Penghasilan uangnya harus lebih banyak nak” jawab Ibunya.
“Baiklah kalau begitu Rai ingin membantu menghasilkan uang!”
Di keesokan harinya sehabis sekolah selesai, Rai terburu-buru pergi ke sebuah toko. Disana ia membantu pemiliknya menyediakan produk kepada pengunnjung dan membantu membersihkan tokonya. Rai bekerja dengan sangat giat walaupun pekerjaan yang dilakukan membosankan sehingga Rai belajar diam-diam. Walaupun pekerjaannya seperti ini Rai selalu bersemangat mendapatkan uang agar bisa membayar biaya untuk berkuliah di Jakarta. Rai bekerja giat, tidak pernah bolos bekerja, dan setiap bekerja pun ia dapat kesempatan untuk belajar agar tetap fokus juga terhadap sekolahnya, cencang dua segeragai (sekali jalan, dua pekerjaan selesai).
Seringkali Rai tidak dapat waktu untuk belajar di rumahnya, maka Rai selalu belajar selagi bekerja. Ia tetap fokus dalam pelajaran sekolahnya dan tidak pernah melupakan sekolahnya juga. Rai sering-sering bekerja sampai larut agar mendapatkan gaji yang besar .Setelah berbulan-bulan Rai bekerja terus, akhirnya uangnya cukup dari penghasilan pekerjaan Rai, digabungkan dengan penghasilan dari Ayah dan Kakaknya yang bekerja keras di pabrik untuk mengcukupi biaya Rai untuk berkuliah.
“Hebat sekali Rai! Engkau menghasilkan uang yang cukup banyak!” ujar ayahnya.
“Ya! Kakak tidak menyangka Rai dapat berkerja keras, engkau pasti ingin sekali berkuliah di Jakarta,” kata kakaknya.
“Ya Rai ingin sekali berkuliah di Jakarta, makanya Rai semangat bekerja mendapatkan uang,” balas Ibunya.
“Untung saja uangnya cukup sebelum aku lulus dari SMA! Terima kasih Ayah dan Kakak membantu aku mendapatkan uang dan terima kasih Ibu, ayah, dan kakak untuk dukungannya,” kata Rai.
Waktu berjalan dan akhirnya Rai lulus SMA dengan nilai yang sangat memuaskan. Rai sangat senang, nilai matematikanya sangat bagus, Ibu, ayah, dan kakaknya bangga kepada Rai karena telah menjadi anak yang hebat dan pintar. Berterima kasihlah kepada Allah telah diberikan anak seperti Rai.
“Hebat sekali Rai, Bapak yakin engkau akan menjadi guru yang hebat. Pasti Rai akan lebih hebat dari Bapak.” Kata Pak Ade kepada Rai.
“Ah Pak Ade bisa saja! Rai sangat berterima kasih kepada Pak Ade telah menuntun Rai sampai jalan akhir, terima kasih banyak pak!” balas Rai.
“Ya sama-sama Rai! Sukses selalu ya Rai! Teruslah bekerja keras untuk mencapai cita-cita mu yang setinggi langit! Bapak yakin kamu bisa!”
Setelah Rai tamat sekolah, Rai pulang dan langsung melamar untuk kuliah di Universitas Nasional Jakarta (UNAS). Sebelumnya Rai belajar giat supaya mendapatkan nilai yang memuaskan untuk ujian masuk UNAS. Satu minggu kemudian, Rai pergi ke Jakarta untuk menghadiri ujian masuk UNAS. Tiga hari setelah ujian tersebut, Rai dikabari bahwa ia diterima tanpa ragu oleh UNAS, bahkan diberi beasiswa atas bakat Rai yang luar biasa.
“Ibu! Ayah! Kakak! Aku diterima oleh UNAS, mereka mengatakn bahwa aku sangat berbakat sehingga diberi beasiswa!” seru Rai.
“Waah hebat! Rai, kau harus bersemangat terus ya, kuliah tidak segampang sekolah. Kuliah itu susah, banyak tantangan seperti memanjat gunung yang basah!” kata kakaknya.
“Ibu yakin Rai mampu melewati kuliah dan menjadi guru yang hebat . Teruslah berdoa kepada Allah nak” kata Ibunya sambil mencium dahi Rai.
“Beasiswa? Hebat anakku ini! Dengan beasiswa yang diberikan, uang yang telah kau dapatkan dari pekerjaan yang dulu dapat ditabung atau digunakan untuk kebutuhan kuliah sehari-hari!” seru Ayah.
Setelah empat tahun Rai berkuliah akhirnya ia lulus dari kuliah dengan rekor yang sangat memuaskan. Rai kembali pulang kepada keluarganya dan merayakan
kesuksesannya. Setelah itu akhirnya Rai menjadi guru di salah satu sekolah terkenal. Ia mengajar murid dengan penuh semangat agar pelajaran yang diberikannya berguna untuk para siswa-siswi.
“Nak, Ayah sangat bangga kepadamu, teruslah bersemangat sampai akhir!” kata Ayahnya
“Iya Ayah! Rai tidak akan mengecewakan Ayah!” jawab Rai.
Score & Comment
SEKOLAH PELITA HARAPAN INTERNASIONAL – SENTUL CITY
Bahasa Indoensia – Kelas 9 - Kuartal 4 – Tahun Ajaran 2012 – 2013
Kelas : 9
Nama siswa :Geral
Tugas : Penulisan Buku Cerita Anak Bergambar
Kuartal/tgl : 4/ April - Mei 2013
AOI : Health & Social Education
Definisi Tugas : Membuat buku cerita anak bergambar sepanjang minimal 1.000 dan maksimal 1.200 kata, fiksi non-fiksi berdasarkan hasil wawancara dengan satu siswa SD Babakan Madang 5 dan hasil buku tersebut diberikan kepada siswa yang bersangkutan.
Fokus Cerita : Perjalanan hidup siswa yang diwawancarai, dari masa sekarang sampai ketika ia berhasil meraih mimpi-mimpinya. Cerita harus menjadi dorongan positif bagi siswa yang bersangkutan untuk meraih mimpi-mimpinya tanpa membuatnya merasa tidak nyaman atau tersudut.
Kriteria Penilaian: A (Isi), B (Susunan Ide), C (Gaya dan penggunaan bahasa)
Kriteria A :
0 : Gagal
1-2 : Sangat terbatas
3-4 :Terbatas
5-6 :Cukup
7-8 :Baik
9-10 :Sangat Baik
Penilaian:
A :6
B :6
C :5
Komentar:
Geral, cerita kamu cukup terfokus namun kurang mendalam. Pastikan kamu memperbanyak semangat perjuangan untuk anak tersebut. Terdapat bagian yang terpotong sehingga cerita tidak terkait. Peribahasa dan idiom harus diberikan. Perhatikan juga gaya bahasa, penulisan kata sambung, tanda baca, dan huruf besar. Teruslah berlatih.
Bahasa Indoensia – Kelas 9 - Kuartal 4 – Tahun Ajaran 2012 – 2013
Kelas : 9
Nama siswa :Geral
Tugas : Penulisan Buku Cerita Anak Bergambar
Kuartal/tgl : 4/ April - Mei 2013
AOI : Health & Social Education
Definisi Tugas : Membuat buku cerita anak bergambar sepanjang minimal 1.000 dan maksimal 1.200 kata, fiksi non-fiksi berdasarkan hasil wawancara dengan satu siswa SD Babakan Madang 5 dan hasil buku tersebut diberikan kepada siswa yang bersangkutan.
Fokus Cerita : Perjalanan hidup siswa yang diwawancarai, dari masa sekarang sampai ketika ia berhasil meraih mimpi-mimpinya. Cerita harus menjadi dorongan positif bagi siswa yang bersangkutan untuk meraih mimpi-mimpinya tanpa membuatnya merasa tidak nyaman atau tersudut.
Kriteria Penilaian: A (Isi), B (Susunan Ide), C (Gaya dan penggunaan bahasa)
Kriteria A :
- Kekayaan ide dan pengembangannya
- Kesesuaian ide dengan hasil wawancara
- Isi memberikan dorongan positif bagi siswa yang diwawancarai untuk meraih mimpi-mimpinya tanpa membuatnya merasa tidak nyaman atau tersudut.
- Kesesuaian gambar dan isi cerita
- Urutan ide logis
- Formal - semi formal
- Ketepatan penulisan kalimat langsung
- Tidak mengandung bahasa yang tidak sopan
- Idiom dan peribahasa
- Tanda baca dan ejaan sesuai EYD
- Diksi (pilihan kata) tepat
0 : Gagal
1-2 : Sangat terbatas
3-4 :Terbatas
5-6 :Cukup
7-8 :Baik
9-10 :Sangat Baik
Penilaian:
A :6
B :6
C :5
Komentar:
Geral, cerita kamu cukup terfokus namun kurang mendalam. Pastikan kamu memperbanyak semangat perjuangan untuk anak tersebut. Terdapat bagian yang terpotong sehingga cerita tidak terkait. Peribahasa dan idiom harus diberikan. Perhatikan juga gaya bahasa, penulisan kata sambung, tanda baca, dan huruf besar. Teruslah berlatih.
Reflection
I'm not really satisfied with my final score because overall I got 6/10. This is not good enough which would affect my report card, since the last assignment I didn't get a good score too so probably I got 4 for BI in my report card. It is really disappointing but then it is my fault no to be careful on doing my work. I should've check and recheck to fix my grammar, spelling, punctuation mark, and more.
This relates to health and social education, because this assignment involve with socialization. Before starting to do this assignment we socialize we the Babakan Madang kids so we know about their life and what they like. So basically we educate them through the interview that being open to us can help us to write a story about them and in the end the story will give them motivation and inspiration. So both communities (SPH and Babakan Madang) learned something from it.
This relates to health and social education, because this assignment involve with socialization. Before starting to do this assignment we socialize we the Babakan Madang kids so we know about their life and what they like. So basically we educate them through the interview that being open to us can help us to write a story about them and in the end the story will give them motivation and inspiration. So both communities (SPH and Babakan Madang) learned something from it.